Black Sweet: Suara dari Timur yang Menggetarkan Blantika Musik Indonesia
The Pasific News-MIMBAR MAHASISWA, Musik-2.866 Views
Berawal dari sebuah festival Band di Universitas Cenderawasih yang melibatkan para mahasiswa di kampus tertua di Tanah Papua.
Berkumpullah sekelompok mahasiswa yang kemudian bersepakat membentuk group band Black Sweet.
Sekitar tahun 1977 di Jayapura, mulailah mereka mencoba untuk mencipta lagu, beberapa di antaranya “Memory Tiga Februari” dan “Rintihan Sebuah Lagu”, serta sebuah lagu ciptaan Harry Letsoin berjudul “Smile”.
Lagu-lagu itu mendapat sambutan hangat dalam setiap pentasnya, sehingga begitu digemari masyarakat kota Jayapura. Atas dasar itu pula, mereka lalu berencana untuk lebih serius menjajal dunia musik.
Meski demikian, titik awal ini menjadikan sebuah pergulatan batin yang luar biasa dilematis ketika mereka harus memutuskan tetap melanjutkan kuliah yang hanya tinggal satu semester meraih gelar Sarjana, atau mulai meniti mimpi di Ibukota (Jakarta) sebagai musisi.
Melalui pertimbangan yang matang, mereka akhirnya memutuskan untuk tetap menggeluti dunia musik sebagai musisi dengan formasi personel awal yakni Steven Letsoin (lead guitar), Harry Letsoin (bass), Gerald F Tethool (keyboard), Jhon Keff (drum), dan Ian Ulukyanan (lead vokal)
Menuju Jantung Musik Tanah Air
Bermodalkan kemampuan bermusik yang tinggi dan spirit optimisme, mereka akhirnya menjajal tantangan Ibukota untuk menggapai mimpi sebagai musisi.
Kisah perjalanan menuju Ibukota harus mereka lewati dengan penuh nyali dan getir, yakni dengan menumpang kapal barang yang menempuh perjalanan hampir sebulan lamanya. Pengalaman tidur bersama di palka kapal barang, mengarungi ganasnya lautan Indonesia, menjadi litani nostalgia yang tak pupus dari ingatan dan kenangan. Bahwa untuk meraih kesuksesan haruslah memulai dari bawah.
Aktivitas di Jakarta
Pada 31 Desember 1981 di Jakarta, secara resmi nama Black Sweet diproklamasikan dengan merekrut beberapa anggota baru yakni Amry M Kahar (saxophone), Karim Assor (terompet), dan Iskandar Assor (terompet), yang tidak lain adalah mantan anggota Band Black Brother.
Nama Black Sweet (Hitam Manis), terinspirasi dari ciri khas pemuda Melanesia yang memiliki paras hitam manis.
Guna mempopulerkan nama Black Sweet, para personel kemudian mencoba menawarkan lagu-lagu mereka ke beberapa perusahaan rekaman. Album pertama pun berhasil beredar dengan mengusung lagu “Rintihan Sebuah Hati” ciptaan Letsoin dan “Pusaka Tak Bernama” ciptaan Sam Kapissa. Album yang berisikan 12 lagu ini mendapat sambutan dari masyarakat luas.
Dengan sendirinya nama Black Sweet mulai terangkat kepermukaan khasanah musik Indonesia. Bahkan, lagu “Rintihan Sebuah Hati” menguasai tangga musik Indonesia selama tiga minggu berturut-turut. Awal karier musik yang Luar biasa!
Pada periode awal tahun 1980, Black Sweet lalu menyelesaikan Tiga Album sekaligus bernuansa Pop Indonesia, Album Rohani dan Album berisi lagu-lagu daerah Nusantara. Di antara lagu-lagu tersebut, terdapat lagu ciptaan Steven Letsoin yaitu “Akhir Sebuah Kisah Lalu” yang masuk dalam tangga lagu-lagu Nasional pada saat itu.
Pada tahun 1984, Black Sweet menandatangani kontrak baru dengan Pratama Record dan merilis Dua Album yaitu “Christie” dan “Ayah Ibu”. Peluncuran kedua album ini disusul dengan pergantian personel di kelompok Black Sweet dengan keluarnya Amry dan Iskandar. Posisi mereka digantikan oleh Albert Sumlang. Dengan formasi baru inilah Black Sweet mulai mendapatkan tawaran untuk tampil live di berbagai daerah termasuk di Jakarta. Rutinitas ini dijalani selama enam tahun.
Bernyanyi di Masa Orde Baru
Dengan bergelimang tawaran dan track record yang terus menanajak, Black Sweet terus mengkreasi Album Baru. Dengan menggandeng Duba Record, mereka pun melahirkan sebuah Album dan beberapa lagunya menjadi hits, di antaranya berjudul “Kau, Aku dan Dia”,juga beberapa Album bernuansa Daerah serta Album Rohani dikeluarkan bersama Duba Record.
Tahun 1995, perubahan formasi kembali terjadi dengan masuknya Anto Sax (saxophone) dan Iche Fofied (bass). Formasi ini sangat produktif dalam memproduksi album rekaman dan juga beberapa kompilasi lagu-lagu dari album-album awal Black Sweet. Posisi ini bertahan sampai sekarang walaupun tidak menutup kemungkinan berkolaborasi dengan musisi lain.
Black sweet sempat merasakan ‘panasnya masa Orde Baru’ saat lagu “Pusara Tak Bernama” dicekal dari peredaran.
Namun bukan Black Sweet namanya jika tidak bergerak terus menyuarakan apa yang dirasakan masyarakat di ufuk Timur Persada Nusantara.
Dekade Pasca-Reformasi
Black Sweet, tercatat ikut berperan serta dalam mempromosikan daerah Boven Digoel, Raja Ampat, Fakfak, Merauke, Jayapura, Maluku Tenggara, dan beberapa daerah lainnya dalam rangka mendukung program pariwisata bersama pemerintah Daerah.
Hal ini dirasa sinkron dengan kultur politik tanah air pasca-runtuhnya rezim Orde Baru dan bergerak menuju era reformasi yang dipelopori oleh kaum muda tahun 1998. Pasca-Reformasi, Black Sweet terus eksis dengan lagu-lagu yang sudah menyentuh realitas kontekstual yakni soal HAM, Keadilan, Kesetaraan dan Solidaritas. Nuansa romantisme dan nostalgia yang menjadi ciri khas Black Sweet dilebur dan berkolaborasi dengan konteks sosial dan beberapa tokoh inspiratif.
Black Sweet, di antaranya juga berkolaborasi dengan Senator Papua Barat, Mervin Komber dengan mengeluarkan beberapa album untuk mendukung kampanye “Stop Cium Lem Aibon” dan “Stop Narkoba” di kalangan pelajar yang disampaikan lewat lagu hits di antaranya “Gadis Teluk Bintuni” dan “Nona Manis Aifat”.
Teranyar, Black Sweet juga terlibat dalam kampanye “Stop KDRT” dan “Selamatkan Lingkungan Hidup” yang dipelopori Senator Mervin Komber dengan lagu hits di antaranya “Nona Tanah Papua” dan “Kenangan Kampus Uncen”.
Demikianlah sekilas simphoni nostalgia tentang Black Sweet, group band yang selalu bersenandung di hati masyarakat Timur Indonesia, berkembang bersama tarikan nafas harapan, cita-cita, dan nyanyian jiwa masyarakat Timur Indonesia.
Dari Bumi Cendrawasih, di ujung ufuk sang mentari terbit, Black Sweet sudah hadir memancarkan romantika bahkan seantero blantika musik tanah air.
Black Sweet telah menjadikan musik seperti senandung jiwa yang terpatri abadi di hati, tak kenal waktu dan musim. Musik, seperti Black Sweet adalah rindu yang niscaya.!
Wikipedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar